Logo

WHO-UNICEF: 14 Juta Anak Dunia Tak Pernah Divaksinasi, Indonesia Masuk Daftar Teratas

MAKASSAR — Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merilis laporan terbaru pada Rabu (16/07/2025), yang menyebutkan bahwa lebih dari 14 juta anak di seluruh dunia belum menerima satu pun dosis vaksinasi sepanjang tahun 2024.

WHO bersama UNICEF memperingatkan bahwa gelombang masif misinformasi dan pemotongan tajam bantuan internasional membuat jurang cakupan imunisasi makin lebar, sehingga menyisakan jutaan anak dalam bahaya.

Kedua organ PBB itu dalam laporan bersama mereka yang isinya sarat dengan kekhawatiran, menyebutkan bahwa di kawasan Eropa dan Asia Tengah, rata-rata tingkat vaksinasi anak-anak mengalami stagnasi, atau bahkan menurun sebesar 1%.

Para pejabat menyerukan kewaspadaan sekaligus memperingatkan, disinformasi secara masif yang menyebar luas, dan pemangkasan drastis bantuan internasional, semakin memperlebar kesenjangan cakupan vaksinasi, dengan dampak mempertinggi risiko bagi anak-anak.

Di daratan Eropa, jumlah kasus pertusis (batuk rejan) melonjak tiga kali lipat menjadi hampir 300.000 kasus pada tahun 2024, sementara infeksi campak meningkat dua kali lipat, menjadi lebih dari 125.000.

Menurut WHO, hal itu terjadi akibat menurunnya cakupan vaksinasi yang kian mengkhawatirkan.

Menurut laporan tersebut, hanya sembilan negara, yakni Nigeria,India, Sudan, Republik Demokratik Kongo, Etiopia, Indonesia, Yaman, Afghanistan, dan Angola yang sudah menyumbang kuota lebih dari separuh jumlah anak yang belum divaksinasi di seluruh dunia.

“Jutaan anak masih belum memiliki perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang sebetulnya dapat dicegah. Itu seharusnya menjadi kegelisahan kita semua,” ujar Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell.

Campak menggeliat kembali di AS

Laporan kesehatan global dirilis di tengah kenyataan pahit, 25 tahun setelah WHO menyatakan campak telah berhasil dieliminasi dari Amerika Serikat (AS).

Negara adidaya itu kini menghadapi tahun terburuk dalam sejarah penyakit campak.

Hingga saat ini, AS telah mencatat 1.288 kasus campak pada tahun 2025. Data tersebut terungkap dari laporan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada pekan lalu, seiring menyebarnya penyakit yang sesungguhnya dapat dicegah dengan vaksinasi itu.

Bagaimana di Indonesia?

Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per April 2025, jumlah anak yang belum menerima satu dosis vaksin apapun (zero dose), meningkat menjadi sekitar 900 ribu anak.

Angka ini pernah turun dari lebih satu juta pada 2022, menjadi 600 ribu pada 2023, namun pada 2024–2025 angkanya kembali naik.

Dalam laporan terbarunya, WHO mencatat Indonesia menempati peringkat ke-6 secara global dalam jumlah anak yang tergolong zero-dose, yakni mereka yang belum pernah menerima satu pun dosis vaksin DPT (difteri, batuk rejan, tetanus).

Antara tahun 2019 hingga 2023, diperkirakan ada sekitar 1,3 juta anak di Indonesia yang tidak mendapat suntikan pertama vaksin ini.

Angka tersebut menjadi cerminan bahwa masih ada tantangan besar dalam menjangkau kelompok masyarakat yang belum terlindungi sama sekali oleh imunisasi dasar.

Tahun 2024–2025, pemerintah meluncurkan kembali kampanye imunisasi kejar, seperti “Sepekan Mengejar Imunisasi”, imunisasi massal, dan digitalisasi data lewat aplikasi ASIK/SatuSehat.

Menurut PBB, vaksinasi mampu mencegah antara 3,5 hingga 5 juta kematian setiap tahunnya, angka yang menggambarkan betapa nyawa demi nyawa bisa diselamatkan, andaikata perlindungan dasar ini tak terampas.

“Vaksin menyelamatkan nyawa, memungkinkan individu, keluarga, komunitas, perekonomian, dan negara untuk berkembang,” ujar Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Terkait dengan pemotongan anggaran kesehatan global, Tedros menegaskan bahwa WHO tetap berkomitmen untuk bekerja sama dengan mitra mereka guna mendukung negara-negara dalam mengembangkan solusi lokal dan meningkatkan investasi domestik untuk menjangkau semua anak dengan kekuatan vaksin yang menyelamatkan jiwa.

“Sangat menggembirakan melihat peningkatan berkelanjutan dalam jumlah anak yang divaksinasi, meskipun kita masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Pemotongan bantuan yang drastis, ditambah dengan misinformasi tentang keamanan vaksin, mengancam akan menggagalkan kemajuan yang telah dicapai selama puluhan tahun,” tandas Tedros.

Capaian Vaksinasi Global

Pada tahun 2024, sebanyak 89% bayi di seluruh dunia atau sekitar 115 juta jiwa, menerima setidaknya satu dosis vaksin yang mengandung difteri, tetanus, dan pertusis (DTP), dan 85% atau sekitar 109 juta jiwa, menyelesaikan ketiga dosis tersebut, menurut WHO dan UNICEF.

Dibandingkan dengan tahun 2023, sekitar 171.000 anak lebih banyak menerima, setidaknya satu vaksin, dan satu juta anak lainnya menyelesaikan rangkaian lengkap tiga dosis DTP.

Meskipun peningkatannya relatif kecil, hal ini menandakan kemajuan berkelanjutan dari negara-negara yang berupaya melindungi anak-anak, bahkan di tengah tantangan yang semakin besar.

Namun, hampir 20 juta bayi melewatkan setidaknya satu dosis vaksin yang mengandung DTP tahun lalu, termasuk 14,3 juta anak “tanpa dosis” yang tidak pernah menerima satu dosis vaksin apa pun.

Jumlah tersebut 4 juta lebih banyak dari target tahun 2024 yang dibutuhkan untuk tetap berada di jalur tujuan Agenda Imunisasi 2030, dan 1,4 juta lebih banyak dari tahun 2019, tahun yang menjadi dasar untuk mengukur kemajuan.

Space_Iklan_IS_1

EFR55

Simak berita dan artikel lainnya di: Google News infosulawesi.com

WA12
Ikuti info terbaru di: WhatsApp Channel Infosulawesi